SalamunAlaikum wahai para saudara ku.. dihari siang bolong ini saya ingin menterjamahkan, sebuah ayat dari kebenaran Alqur'an yang nyata. Penjelasan. “Innama amruhu idza arada syaian an yaqula lahu kun fayakun.” (Sesungguhnya urusannya-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, “Jadilah!”. Maka jadilah ia,” Qs.
AlQur’an pertama kali turun pada tanggal . a. 12 rabiulawal b. 1 Syawal c. 27 rajab d. 17 ramadhan
Sesungguhnyatelah Kami buatkan bagi manusia dalam Al Qur'an ini setiap macam perumpamaan supaya mereka dapat pelajaran. allatheena ittaqaw rabbahum ila aljannati zumaran hatta itha jaooha wafutihat abwabuha waqala lahum khazanatuha salamun AAalaykum tibtum faodkhulooha khalideena [Indonesian] Dan orang-orang yang bertakwa kepada
Sebagaisumber ajaran Islam kedua sesudah al-Qur'an, hadits mempunyai peranan penting dalam mengembangkan kandungan ajaran Islam, baik yang telah ditetapkan dalam al-Qur'an maupun yang belum. Dari segi dilalah-nya Al Qur’an sama dengan hadits, masing-masing ada yang qith’i al dilalah dan ada yang zhanni al dilalah.Hanya saja Al Qur’an bersifat global,
ulāikallażīna hadallāhu fa bihudāhumuqtadih, qul lā as`alukum ‘alaihi ajrā, in huwa illā żikrā lil-‘ālamīn. Mereka itulah (para nabi) yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. Katakanlah (Muhammad), “Aku tidak meminta imbalan kepadamu dalam menyampaikan (Al
3eWA2cY.
Oleh Ahmad Hasanuddin Umar * Waktu kecil, sekitar tahun 80-an, saya diajarkan oleh guru ngaji dikampung, termasuk oleh ayah saya, untuk membaca do’a salāmun alā Nūhin fil Ālamīn ketika mau ke kebun atau ketika akan berjalan di antara semak-semak yang rimbun, tujuannya supaya aman dari gigitan ular berbisa atau hewan-hewan lain yang berbahaya, seperti kalajengking, dan yang lainnya. Ajaran ini terus saya praktekan setiap kali saya berjalan diantara semak-semak yang rimbun, saat akan membersihkan kebun misalnya, atau sekedar hanya berjalan melewati semak-semak karena tidak ada pilihan jalan alternatif yang bisa dilewati. Setelah saya masuk pesantren Gontor tahun 1993/1994, dan belajar bahasa Arab sungguh-sungguh karena sebelum masuk Gontor, saat belajar di MI dan MTs, pernah juga belajar bahasa Arab, tapi kurang serius saya mulai bertanya apa relevansi do’a ini dilihat dari sisi maknanya dengan keselamatan kita dari hewan yang berbahaya, meskipun demikian saya tetap mengamalkannya hingga dewasa. Munculnya pertanyaan dibenak saya, karena do’a yang diambil dari ayat ke-79 QS. As-Shāfāt ini jelas sekali maknanya, sepertinya relevansin makna ayat ini dengan keinginan selamat dari hewan berbisa agak jauh, mari kita perhatikan ayatnya ; سَلَـٰمٌ عَلَىٰ نُوحࣲ فِی ٱلۡعَـٰلَمِینَ. سورة الصافات ٧٩ ”Keselamatan Kami limpahkan atas Nuh di seluruh alam.” Isinya penegasan dari Allah, atau semacam garansi bahwa Allah akan menjamin keselamatan bagi Nabi Nuh di seluruh alam ini, begitu makna yang kita dapatkan ketika membaca ayat diatas, termasuk jika kita buka kitab Tafsir al-Muyassar atau Tafsir al-Wasīth, yang kedua kitab tafsir tersebut menjelaskan makna ayat diatas dengan penjelasan yang hampir sama atau senada Misal dalam tafsir al-Wasīth dijelaskan ; سلام على نوح فى العالمين أى تحية وأمان وثناء جميل على نوح فى العالمين. “Keselamatan atas Nuh di seluruh alam maksudnya adalah penghormatan, keamanan dan pujian yang baik terlimpahkan kepada Nuh di seluruh alam.” Sementara dalam tafsir al-Muyassar dijelaskan ; أمان لنوح وسلامة له من أن يُذْكر بسوء في الآخِرين، بل تُثني عليه الأجيال من بعده. “Keamanan untuk Nur dan keselamatan baginya dari sebutan yang buruk digenerasi berikutnya, bahkan dia akan dipuji dengan kebaikan oleh generasi setelahnya.” Ini adalah garansi dari Allah kepada Nuh setelah berdo’a kepada Allah memohon kemenangan atas orang-orang kafir, yang telah mendustakan dakwahnya Nabi Nuh dan mengusir beliau dari kampungnya, sebagaimana cerita ini di abadikan dalam QS. Al-Qamar ayat 9 sampai ayat 10. BAGAIMANA KEMUDIAN AYAT INI DIAJARKAN MENJADI DO’A ? Seperti yang saya ceritakan diawal tulisan ini, saya mendapatkan waktu kecil dulu ayat ini diajarkan menjadi do’a untuk menjaga diri dari bahaya hewan-hewan berbisa. قال سعيد بن المسيب وبلغني أنه من قال حين يمسي سلام على نوح في العالمين لم تلدغه عقرب. Saat saya tadarrus membaca QS. As-Shāfāt dari ayat 75-82 didampingi kitab Aisaru at-Tafāsīr li Kalāmi al-Aliyi al-Kabīr karya As-Syaikh Abū Bakar Jābir al-Jazāiriy, saya mendapatkan riwayat atsar tabi’in yang bernama Sa’id bin al-Musayyab rahimahullāh, dalam catatan kaki penjelasan faidah dari ayat 79 dari QS. As-Shāfāt diatas. Berkata Sa’id bin al-Musayyab “Telah sampai kepadaku bahwasannya barangsiapa ketika sore hari membaca salāmun alā Nūhin fil Ālamīn, maka dia tidak akan disengat kalajengking.” Riwayat ini disebutkan juga oleh Abu Amru dan Ibnu Abdil Bar dalam kitab at-Tamhīd dan di nukil darinya oleh al-Imam al-Qurthubi. Dari Atsar diatas inilah guru ngaji saya dikampung dan ayah saya mengajarkan ayat diatas sebagai do’a untuk menjaga diri dari hewan-hewan berbisa. ADA DO’A YANG LEBIH RELEVAN DAN LEBIH SHAHIH As-Syaikh Abu Bakar Jabir al-Jazāiriy dalam tafsirnya terhadap ayat 79 QS. As-Shāfāt diatas mengomentari riwayat Sa’id bin al-Musayyab trrsebut dengan mengatakan “ أصحّ منه قول أَعُوذُ بكَلِماتِ اللهِ التّامّاتِ مِن شَرِّ ما خَلَقَ. لصحة الحديث في ذلك. “Yang lebih shahih darinya do’a yang diambil dari ayat 79 QS. As-Shāfāt adalah A’ūdzu bi kalimātillāhi at-Tāmmāti min syarri mā khalaqa. Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah dari keburukan setiap makhluk yang Allah ciptakan.” Banyak sahabat yang meriwayatkan hadis yang isinya do’a diatas, diantaranya Khaulah bintu Hakim radhiyallahu anhā sebagaimana disebutkan oleh Muslim dalam kitab shahihnya seperti berikut ini عن خَوْلَةَ بِنْتَ حَكِيمٍ السُّلَمِيَّةَ تَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ نَزَلَ مَنْزِلًا ثُمَّ قَالَ أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْءٌ حَتَّى يَرْتَحِلَ مِنْ مَنْزِلِهِ ذَلِكَ. متفق عليه Dari Khaulah bintu Hakim As Sulamiyyah berkata; aku mendengar Rasululullah shallallahu alaihi wasallam bersabda “Barang siapa yang singgah pada suatu tempat kemudian dia berdo’a A’AUUDZU BI KALIMAATILLAHIT TAAMMAH MIN SYARRI MAA KHALAQ Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari keburukan apa saja yang Dia ciptakan, niscaya tidak akan ada yang membahayakannya hingga di pergi dari tempat itu.” HR. Bukhari dan Muslim. Apa yang disebutkan dalam hadis inilah sesungguhnya do’a yang lebih relevan untuk kita baca saat kita takut kena sengatan hewan-hewan berbisa, baik ketika akan tidur atau ketika mampir disuatu tempat atau ketika berjalan diantara semak-semak yang rimbun. [] AHU *** ***Sampangan Lor,Rabu, 02 Rajab 1441 H / 26 Februari 2020 M * Penulis adalah Pegiat Kajian al-Qur’an dan Hadis Nabi, asal Rawailat, Dayeuh Cileungsi Bogor dan tinggal di Jogja. Tentang Ahmad Hasanuddin Umar Saya lahir pada tanggal 28 Jumadal Akhirah 1399 H bertepatan dengan 25 Mei 1979 M, di kampung Rawailat Desa Dayeuh kecamatan Cileungsi Bogor, dilingkungan keluarga yang alhamdulillah cukup religius, rumah tempat dimana saya dilahirkan, sekaligus berfungsi sebagai pesantren kecil, ada Masjid Jami' an-Nur juga Madrasah Diniyah an-Nur. Suasana keagamaan dilingkungan sekitar rumah sangat membekas dalam memori saya, setelah menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Rawailat, sekaligus di Madrasah Diniyah An-Nur Rawailat, saya melanjutkan Pendidikan di Madrasah Tsanawiyah An-Nizhamiyyah Cileungsi asuhan Drs. KH. Ahmad Marzuqi, setamat Tsanawiyah saya melanjutkan pendidikan ke Jawa Timur tepatnya di Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar pimpinan KH. Ibrahim Thoyyib, setelah belajar selama kurang lebih satu tahun di Ponpes Wali Songo, kemudian saya pindah ke Pondok Modern Darussalam Gontor, hingga tammat sampai tahun 1998/1999, dalam asuhan Dr HC. KH. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA, beserta KH. Hasan Abdullah Sahal dan KH. Shoiman Lukmanul Hakim. Setamat dari Gontor, saya menjalani masa pengabdian mengajar dan melanjutkan belajar menghapal al-Qur'an di Ponpes Darul Abrar Bone Sulawesi Selatan yang diasuh oleh KH. Anwar Harum, Lc dan Dr. KH. Muttaqien Said, MA, hingga bulan Juni tahun 2000. Pada tahun yang sama saya mendaftar kuliah di LIPIA dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan akhirnya saya berlabuh di UIN Jogja, mengambil Jurusan Tafsir Hadis, setelah selesai dari UIN, saya mengikuti program Akta IV di UII Universitas Islam Indonesia setelah selesai saya menempuh kuliah S1 lagi di MEDIU Medinah International University pada jurusan al-Qur'an wa Ulumuhu, sambil juga mengambil kuliah S2 Program Pascasarjana konsentrasi SQH Studi Qur'an dan Hadis. Saat ini, selain ikut terlibat mengelola Travel Haji & Umrah Lā Raiba, sekaligus sebagai pembimbing ibadah umrah, aktifitas sehari-hari saya ngajar di Ponpes Mahasiswa Takwīn Muballighīn, dan mengasuh kajian rutin di Majlis Kajian Kitab di masjid-masjid seputar Yogyakarta. Saya tinggal di Yogyakarta tepatnya di Bantul, bersama seorang istri dan 6 orang anak kami, Najwa Salma Hasan, Faruq Abdullah Hasan, Musa Abdullah Hasan, Bilal Abdullah Hasan, Naqiyya Sājidah Hasan, dan Najiyya Sājidah Hasan….[]
7 salamun dalam al qur an